Sabtu, 03 September 2016

Praktikum Kimia Elektrolisis SMA Negeri 1 Kotagajah


TUGAS PRAKTIKUM KIMIA
ELEKTROLISIS


logo.jpg



Disusun :
Ardianti Kusumawati



     SMA NEGERI 1 KOTA GAJAH
LAMPUNG TENGAH
T.P. 2015/2016
       I.            Tujuan
o   Mengamati perubahan yang terjadi di anoda dan katoda pada elektrolisis beberapa larutan
o   Menuliskan reaksi-reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis
    II.            Landasan Teori
Elektrolisis merupakan suatu proses yang menggunakan energi listrik agar reaksi kimia nonspontan dapat terjadi. Sel elektrolisis terdiri atas sepasang elektroda yang dicelupkan dalam elektrolit (larutan atau leburan).
Elektron dari listrik searah memasuki larutan melalui katode (kutub negatif), lalu elektron dari katode diserap oleh spesi tertentu dalam larutan dan mengalami reduksi. Sementara itu, spesi tertentu yang lain melepaskan elektron di anode dan mengalami oksidasi. Jadi, reaksi yang terjadi pada di katode dan anode pada sel elektrolisis sama seperti pada sel volta, yaitu di katode adalah tempat terjadinya reaksi reduksi dan di anode adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi. Akan tetapi, muatan elektronnya berbeda. Pada sel volta katode bermuatan positif dan anode bermuatan negatif, sedangkan pada sel elektrolisis katode bermuatan negatif dan anode bermuatan positif.

 III.            Alat dan Bahan
1.      Alat
a)      Tabung U
b)      Catu daya
c)      Kawat penghubung
d)     Gelas kimia 100 ml
e)      Pipet tetes
f)       Tabung reaksi dan rak



2.      Bahan
a)      Elektroda karbon
b)      Larutan KI 0,5 M
c)      Larutan NaNO3 0,5 M
d)     Indikator PP
e)      Larutan amilum

 IV.            Cara kerja
1.       Rangkai alat elektrolisis
2.       Elektrolisis dari larutan NaNO3
a.       Tuangkan larutan NaNO3 ke dalam tabung U s/d cm dari mulut tabung. Dengan menggunakan pipet ambil ± 2 mL larutan NaNO3 dan masukkanke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 3 tetes indikator PP. Amati dan catat warnanya.
b.      Celupkan elektroda karbon ke dalam masing – masing kaki tabung U kemudian hubungkan kedua elektroda dengan sumber arus searah (6 V) selama ± 10 menit.
c.       Ambil ± 2 mL larutan di anoda dan katoda secara terpisah kemudian tambahkan 3 tetes indikator PP pada masing – masing larutan. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
3.       Elektrolisis dari larutan KI
a.       Tuangkan larutan KI ke dalam tabung U s/d 1 cm dari mulut tabung. Dengan menggunakan pipet ± 2 mL larutan KI di anoda dan katoda dan masukkan ke dalam tabung reaksi secara terpisah, kemudian tambahkan 3 tetes indikator PP pada larutan dari katoda dan amilum pada larutan dari anoda. Amati dan catat warnanya
b.      Celupkan elektroda karbon ke dalam masing – masing kaki tabung U, kemudian hubungkan kedua elektroda dengan sumber arus searah (6 V) selama ± 10 menit.
c.       Ambil ± mL larutan di anoda dan katoda secar terpisah, kemudian tambahkan 3 tetes indikator PP pada larutan dari katoda dan amilum pada larutan dari anoda. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.


    V.            Hasil pengamatan


Larutan Na2SO4

Larutan KI


   Keterangan

Katoda + PP

Anoda + PP

Katoda + PP

Anoda + amilum
Sebelum elektrolisis

Bening

Bening

Bening

Bening

Sesudah elektrolisis

Merah

Bening

Merah

Biru



 VI.            Analisis data dan pembahasan
1.       Tuliskan reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada elektrolisis larutan KI
2.       Tuliskan reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada elektrolisis larutan Na2SO4
Elektrolisis larutan KI
KI → k+ + l-
A (+) : 2 I- → I2 + 2 e
K (-)  : 2 h2O + 2 e → 2 OH- + H2
2 Kl + 2 h2O → 2 K+ + I2 + 2 OH- + H2
2 Kl + 2 h2O → 2 KOH  + I2+ H2

Reaksi elektrolisis Larutan Na2SO4 dengan elektroda karbon (C)
   Reaksi:                  Na2SO4(aq)                       2 Na2+(aq) + SO42-(aq)
   Anoda:                  2 H2O(l)                       4 H+(aq) + O2(g) + 4e
   Katoda:                 2 H2O(l) + 2e              H2(g) + 2OH-(aq)


Reaksi Elekrolisis akhir:
Anoda:                  2 H2O(l)                       4 H+(aq) + O(g) + 4e
Katoda:                 4 H2O(l) + 4e              2H2(g) + 4OH-(aq) 
                  2 H2O(l                         2H2(g) + O2(g)

Reaksi elektrolisis Larutan KI dengan elektroda karbon (C)
Reaksi:                  KI(aq)                         K+(aq) + I-(aq)
Anoda:                  2 I-(aq)                                       I2(g) + 2e
Katoda:                 2 H2O(l) + 2e                          H2(g) + 2OH-(aq)
                              2 H2O(l) + 2 I-(aq)                       I2(g) + H2(g) + 2OH-(aq)


Pada praktikum tersebut, terjadi beberapa gejala saat pengamat mengamati terjadinya elektrolisis pala larutan Na2SO4 dan KI. Pada bagian ini, pengamat akan membahas gejala-gejala yang terjadi pada larutan KI. Dalam rentan waktu 15 menit melakukan praktikum dengan larutan KI terlihat bahwa pada katoda terdapat gelembung-gelembung gas yang lebih banyak dan lebih terlihat dibandingkan dengan pada anoda. Gelembung-gelembung gas sebenarnya merupakan gas hidrogen. Jika dilihat pada reaksi di Katoda larutan KI, maka benar adanya bahwa terjadi reaksi reduksi pada katoda. Karena terlihat pada reaksi tersebut bahwa adanya gas hidrogen (H2(g)).
Selanjutnya, timbulnya warna kuning pada anoda. Sebenarnya, warna kuning yang ada pada anoda ini menandakan adanya gas iodin pada reaksi tersebut. Jika dilihat pada reaksi di Anoda larutan KI, maka benar bahwa terjadi reakso oksidasi pada Anoda. Krena terlihat pada reaksi tersebut bahwa adanya gas iodin (I2(g)).
Terjadi pula perubahan warna larutan KI yang diambil dari bagian katoda yang ditambah dengan indikator PP. Sebelum reaksi elektrolisis terjadi, larutan KI berwarna bening, sedangkan setelah terjadi elektrolisis warna larutan KI menjadi merah. Hal ini menandakan bahwa larutan KI di katoda setelah mengalami elektrolisis bersifat basa. (INGAT! Indikator PP tak berwarna/bening-merah). Jika larutan tersebut setelah ditambah dengan indikator PP menghasilkan warna bening, maka larutan tersebut bersifat asam. Dan jika larutan tersebut setelah ditambah dengan indikator PP menghasilkan warna merah, maka larutan tersebut bersifat basa. Berarti benar, bahwa reaksi di katoda bersifat basa (adanya 2OH-(aq) pada reaksi di katoda).
Selanjutnya mengenai gejala yang terjadi pada elektrolisis larutan Na2SO4. Pada elektrolisis larutan ini, terdapat gelembung gas pada katoda yang lebih banyak dibanding yang ada pada anoda. Hal ini sama dengan yang terjadi pada elektrolisis larutan KI, bahwa dengan adanya gas hidrogen pada katoda berarti terbukti bahwa terjadi reaksi reduksi pada katoda.
Terjadi pula perubahan warna larutan Na2SO4 yang diambil dari bagian katoda yang ditambah dengan indikator PP. Sebelum reaksi elektrolisis terjadi, larutan Na2SO4 berwarna bening, sedangkan setelah terjadi elektrolisis warna larutan Na2SO4 menjadi merah. Hal ini menandakan bahwa larutan Na2SO4 di katoda setelah mengalami elektrolisis bersifat basa. (INGAT! Indikator PP tak berwarna/bening-merah). Jika larutan tersebut setelah ditambah dengan indikator PP menghasilkan warna bening, maka larutan tersebut bersifat asam. Dan jika larutan tersebut setelah ditambah dengan indikator PP menghasilkan warna merah, maka larutan tersebut bersifat basa. Berarti benar, bahwa reaksi di katoda bersifat basa (adanya 2OH-(aq) pada reaksi di katoda).

VII. Kesimpulan
Dari percobaan tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa terjadi reaksi reduksi pada katoda dan reaksi oksidasi pada anoda disetiap larutan elektrolisis hal ini dapat dibuktikan dengan adanya gas hidrogen pada katoda larutan KI, adanya gas iodin pada anoda larutan KI, serta adanya gas hidrogen pada katoda larutan Na2SO4. Larutan Na2SO4 di katoda setelah mengalami elektrolisis bersifat basa begitu juga dengan larutan KI di katoda setelah mengalami elektrolisis bersifat basa hal ini terbukti karena adanya perubahan warna dari bening menjadi merah setelah ditambah indikator PP dan adanya 2OH-(aq) pada reaksi di katoda.

VIII. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan oleh penulis, penulis dapat menyarankan agar praktikum dilakukan dengan penuh ketelitian dalam mengamati adanya gelembung gas yang ada di katoda dan anoda, serta adanya perubahan warna pada larutan di katoda setelah dilakukan elektrolisis.
IX. Daftar Pustaka
Jauhuratul, Farida.2009.Aktif Belajar KIMIA kelas XII.Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Indonesia
Utami, Budi.2009.KIMIA kelas XII.Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Indonesia
http://Sel Elektrolisis _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia _.htm
http://www.Chemistry'world.htm









Rabu, 17 Februari 2016

Baby Blue

                             

                                 Baby Blue


Lorong sekolah dengan baris pasang mata yang berjejer diantara langkah yang nyata. Di mading sekolahku yang selalu nampak ramai disaat aktivitas kegiatan jam belajar mengajar usai ataupun hanya untuk sekedar tempat tongkrongan para siswa – siswi mulai dari senior ataupun junior. Dan aku adalah salah satu diantara mereka, seorang siswi yang masih duduk di indahnya bangku 2 SMA. Banyak hal yang aku lakukan disini bersama mereka yang aku sayangi. Nampak ceria dan selalu bahagia itulah yang aku rasa.

Sekilas pagi menyapaku dengan senyuman sejuta rasa. Dia? Tak banyak yang aku tau tentangnya, namun kekaguman itu selalu ada meskipun hanya sekedar memupuk rasa. Rasa yang hadir tanpa diketahui ataupun berharap banyak untuk dimengerti.

‘’ Gey nanti sore jangan lupa nonton final futsal ya ! kelas kita tanding lho? ‘’

‘’ oh, iya kak eby ! pasti nonton kok, kan kelasku tanding sama kelas kakak pasti seru ‘’

Lontaran kata dalam sapaan sederhana di langkahku yang kebetulan tak sengaja berjalan ke arah kelas yang sama . Sejauh ini kedekatanku hanya sekedar saling mengenal layaknya keakraban senior dan junior pada mestinya. Dia yang menurutku satu – satunya lelaki yang nampak berbeda dari kebanyakan lelaki lainnya. Ramah dan sopan ? ya itulah hal yang paling aku kagumi dari lelaki tampan dan multi talenta satu ini.

‘’ Ehh Gey kamu berangkat sekolah bareng sama kak eby? ‘’

‘’ Apaan sih? Enggak kok, Cuma kebetulan bareng aja ‘’

‘’ Bareng aja tapi seneng banget kan? Tuh senyum-senyum ‘’

Itulah teman – temanku yang selalu mendukungku dan selalu ada untukku serta pendengar setia di setiap ceritaku. Tak heran, jika aku pun merasa nyaman bersama mereka. Banyak hal yang selalu kita lakukan bersama, baik di sekolah atau pun di rumah ? Semuanya nampak sama dan tak ada perbedaan sedikitpun tentang hangatnya persahabatan kami.

                                                                      ***
*Tett Tett bell istirahat berbunyi*

‘’ Guys kantin yuk laper nih ! ‘’

‘’ Duluan aja ! aku mau sholat dhuha bentar ‘’

Ini adalah salah satu rutinitasku bersama sahabatku yang tiap jam istirahat selalu makan di kantin sekolah. Tapi berhubung siang ini rasa lapar itu tak berkunjung, aku pun memutuskan untuk sejenak sekedar sholat di masjid sekolah yang letaknya hanya tepat di depan kelasku. Tatapanku yang mampu menembus beningnya kaca nampak terlihat bayangan seseorang yang akhir - akhir ini selalu memenuhi fikiranku. Subhanallah ? Dia yang nampak terlihat indah dan menyejukkan bersama air wudhu yang membasahinya. Pikirku sejenak yang kabut sesaat ! Lalu langkahku ku percepat untuk berwudhu yang kemudian sejenak menunaikan ibadah sholat duha beberapa saat.

Jam istirahat pun usai dalam beberapa menit. Saatnya untuk belajar materi pembelajaran yang berbeda. Sejarah? Mata pelajaran yang saat ini di pelajari. Namun tak ada satupun diantara kami yang mendengarkan materi dari sang guru. Semua sibuk dengan apa yang mereka sukai, mulai ngobrol sendiri, mainan handphone, ataupun hanya sekedar menonton film korea di PC.

* Kringg suara bbm di handphone ku*

‘’ Gey nanti pulang sekolah sibuk enggak? ‘’

‘’ Enggak kak kenapa? ‘’

‘’ Mau ya nemenin kakak makan siang bentar? ‘’

‘’ gimana ya kak? ‘’

‘’ bisa lah! nanti aku samperin ke kelas kamu pokoknya :p ‘’

‘’ Ehh jangan ‘’

Tak terasa waktu pun sudah menunjukkan pukul 02.00 WIB yang artinya jam kegiatan belajar mengajar pun selesai. Waktu yang sebenarnya paling aku tunggu. Namun sesaat aku hanya terdiam di dalam kelas dengan banyak hal yang memenuhi fikiran. Beban hidupkah? Ahh ternyata hanya sekedar kegelisahan yang menghempas sesaat. Bayangan tentang kak eby ? Dan semuanya benar adanya tentang apa yang kurasa. Nampak konyol namun ini adalah fakta nyata yg menjelma.

‘’ Gey ngapain masih di dalam kelas? buruan keluar ! ‘’

‘’ Sekarang ?? ‘’

‘’ Bukan tahun depan, Iya lah sekarang ! Buruan ! ‘’

Bahkan sekedar menolak untuk ajakan makan siang pun aku tak mampu? Lalu harus aku apakan lagi perasaanku ini. Semua yang mudah nampak terlihat rumit. Aku takut yaallah ? Aku takut jika rasa ini terus tumbuh melebihi apa yang aku bayangkan. Lalu harus aku apakan perasaanku ini? Berdosakah aku memendam dan mengubur semuanya di sini ? tanpa memberitahu dan juga menyembunyikan kebenaran dari yang kurasa selama ini.

Terik matahari yang menyilaukan pun tak mampu membakar kehangatan kebersamaan kami di siang ini. Laju bersama canda tawa dan cerita kita tuangkan di sini. Penuh dengan keabadian nyata yang sebenarnya banyak kata yang ingin ku ucap bersama dengan nada yang tak bersuara. Namun aku tak mampu untuk berkata dengan apa adanya? Hanya mampu bersandiwara seolah tak merasakan apa – apa.

Aku hanya mampu memandangnya dengan tatapan yang berbeda. Tak ingin kuperlihatkan semua rasa yang ada karena aku berdiri disini sekedar mengagumi keabadian. Lalu bagaimanakah dia yang aku kagumi? Apakah dia merasa seperti yang ku rasa, tanpa sandiwara dan kediaman yang menyakitkan. Sesuatu yang butuh penjelasan tanpa harus memendam perasaan. Ternyata sangat sulit untuk kita jalankan seperti apa yang aku inginkan, jauh dari bayangan tanpa keraguan.

‘’ Gey mau makan apa? ‘’

‘’ Mie Ayam aja kak ‘’

Makan siang berdua pun kami lalui di kantin sekolah bersama. Dengan dia yang satu tahun terakhir ini aku kenal dan masih bersamaku dengan kedekatan yang nampak berbeda. Sebenarnya Aku dan Eby ada sesuatu yang tersimpan jauh dari yang orang lain tau. Lalu apakah ada yang disembunyikan diantara kita?

‘’ Gey pernah berfikir nggak sih? Tentang kedekatan kita selama ini ‘’

‘’ Ya .. Cuma sekedar kedekatan antara senior-junior kak ‘’

‘’ Dan perasaan kamu? ‘’

‘’ cuma berfikir sebatas itu ‘’

‘’ Dan kamu nggak berfikir lebih dari sekedar itu? ‘’

‘’ kalo aku berfikir lebih dari itu? kenapa? ‘’

‘’ Aku sayang kamu gey ‘’

‘’ Ini pernyataan atau Cuma sekedar.. ? ‘’

‘’ Ini pernyataan yang sebenarnya pengen aku ungkapin dari dulu ! dan aku pengen kita lebih dari sekedar senior-junior ataupun yang lain gey ! would you be mine? ‘’

   ‘’ .... ‘’
                                                                           ***

Cerita baru pun kita rangkai menjadi sebuah kisah yang berbeda dari sebelumnya. Aku bahagia bisa mengukir kisah baru dengan seseorang yang sekian lama aku kagumi. Bahagia yang sekejap kurasa namun mampu memberiku berjuta kisah sempurna di liku nya kisah kita berdua. harapku sederhana? bertahan untuk selamanya dan dipersatukan dalam kisah yang sempurna.

*Futsal pun segera berlangsung*

Semangat kak eby ! kata sederhana yang aku ucapkan untuknya. Meskipun aku juga secara tidak langsung adalah supporter dari kelas ku. Semangat Semangat guys ! Semangat kak eby ! Waktu berlalu, dan skor 4 – 2 pun tercetak sudah antara XII IPA 3 dan XI IPA 3. Tanpa perlu dipertanyakan? Pemenang SMANSAGA cup kali ini adalah kelas XII IPA 3.

‘’ Congratulation kak eby ! ‘’

‘’ Iya gey makasih semangatnya dan makasih buat hari ini ‘’

Tahukah kamu? Bahagiaku tak hanya sekedar disini. Semua yang kurasa tentangmu berubah indah ketika aku mampu menatapmu dengan perasaan yang sebenarnya ku pendam lama. Tanpa ada kata lelah yang terselip di benakku selama satu tahun terakhir ini untuk mencoba mengagumimu. Kemudian menyayangimu pun adalah salah satu pilihan dalam keinginanku. Dan aku masih bertahan dalam semua keyakinan itu tanpa kegoyahan yang merapuhkanku dalam kelayuan.

Lalu bertahanlah disini bersamaku tanpa banyak alasan dan juga keraguan. Dan izinkan aku untuk menemanimu bersama lentera malam yang menerangi syahdu. keegoisan belaka? Buanglah semua itu tanpa sisa dan jangan sampai berhenti disini. Lumpuhkan semua itu dengan kisah baru kita berdua.

Terimakasih untuk kebersamaanmu selama ini. Aku mengagumimu ! dan aku akan tetap bertahan disini dengan rasa yang sama untuk waktu yang lama. Lalu mempertahankanmu? Itu adalah pilihanku. Aku bahagia dengan rasa yang ada ! Tetaplah engkau menjadi sosok lelaki yang tak akan pernah lelah untuk ku kagumi ! Dan kita bertahan untuk selamanya ! Aku menyayangimu

By : Ardianti Kusumawati
to  : Senior gamon


Lilin 17 tahunku part 2

Lilin 17 Tahun Ku (Part 2)

Tak terasa alarm di ponselku sudah berdering. Itu menunjukkan bahwa sudah pukul 04.00 WIB. Ini memang sudah menjadi kebiasaanku bangun jam 4 pagi. Aktivitas yang aku lakukan saat masih sepagi itu adalah belajar dan mengulas materi yang aku dapatkan. Lalu menunaikan ibadah salat subuh dan segera bersiap-siap untuk kegiatan di pagi hari. Nah.. tak terasa pagi ini adalah pagi dimana aku harus mengikuti seleksi OSN Kimia Tingkat Nasional di Jogjakarta. Ini memang impianku sejak dulu. Sejak aku masih duduk di bangku kelas X.
“Bintang buruan! aku udah di depan cepetan keluar!”
“Aduhh.. pagi banget sih kamu datengnya.”
“udah.. udah ayo berangkat! Ibu Dewi udah siap di Mobil tuh.”
Akhirnya kami berdua segera berangkat dengan mobil yang dikendarai sopir sewaan dari sekolah yang di sana sudah ada Ibu Dewi yang sejak 5 menit tadi sudah menunggu kami berdua. Setelah 30 menit perjalanan menuju SMA N 9 Jogjakarta akhirnya kami pun sampai di lokasi. Benar-benar seperti mimpi. “Bintang.. Alan.. nanti seleksinya dimulai pukul 07.30 WIB ruangan Alan di Ruangan 18 dan untuk ruangan Bintang ada di ruangan 27 Ibu bakalan nungguin kalian berdua di sini dan akan mendoakan kalian berdua agar nanti bisa lancar saat mengerjakan soalnya jadi ibu harap kalian bisa mengerjakan soal semaksimal mungkin dan satu pesen ibu kalian harus jujur saat mengerjakan soal dan sebelum mengerjakan soal kalian harus berdoa terlebih dahulu,”
“OK Ibu Dewi.” jawabku semangat bersama Alan.
“Alan semangat ya! kita pasti bisa?”
“Iya Cantik.” jawab Alan meledek.
Percakapan pun Usai. aku memasuki ruangan 27 sementara Alan memasuki ruangan 18. Setelah aku memasuki ruangan tersebut ternyata di ruangan itu sudah banyak peserta yang hadir dan menempati kursi masing-masing namun pengawas belum juga datang. Aku menunggu di kursi yang telah disediakan sambil berkenalan dengan beberapa peserta yang ada di ruangan itu. Ahh.. ternyata anak-anak ini tidak sesombong yang aku pikirkan.
Sempat terlintas di pikiranku bahwa anak-anak itu pasti gengsi untuk memulai percakapan dan berkenalan denganku. Tapi ternyata aku salah malahan, mereka duluan yang memperkenalkan diri mereka untuk memulai percakapan. Baru sebentar kami bercakap-cakap namun pengawas sudah datang. Pengawas yang terdiri dari 2 orang bapak-bapak dan 2 orang Ibu-ibu yang sudah terlihat dari parasnya saja sudah ‘GALAK’ dan dugaanku kali ini tak meleset sama sekali.
“Selamat pagi anak-anak selamat datang di SMA N 9 Jogjakarta kali ini dalam keadaan sehat wal’afiat tanpa ada halangan suatu apa pun dalam rangka seleksi OSN Kimia Tingkat Nasional kali ini. Selamat untuk kalian yang sudah berhasil lolos dari seleksi tingkat provinsi dan sekarang masih mempunyai kesempatan untuk menjadi wakil untuk sekolah dan provinsinya. Saya yakin bahwa kalian di sini adalah anak-anak pilihan yang mempunyai bakat dalam mata pelajaran Kimia. Maka dari itu saya berharap jika nanti Anda-Anda ini ada yang berhasil mendapatkan nilai tertinggi sehingga berhak maju ke tingkat internasional untuk mewakili Indonesia saya mohon untuk kerja kerasnya dan bagi yang belum beruntung jangan putus asa. Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan sebelum saya membagikan soal.”
Setelah Bapak pengawas itu mengawali percakapan tanpa dia memperkenalkan dirinya dan rekan-rekannya itu, akhirnya formulir dibagikan bersamaan dengan soal yang dibagikan satu-persatu kepada peserta. Sebelum mengerjakan soal para peserta harus mengisi formulir terlebih dahulu. Waktu mengerjakan soal hanya 150 menit dan waktu itu juga kami langsung dipersilahkan mengerjakan soal yang telah disediakan.
Detik demi detik aku lalui untuk mengerjakan 100 soal yang ada di hadapanku. Memang beberapa ada yang sedikit sulit tapi bersyukur ada juga yang menurutku mudah karena semua materi yang aku pelajari rata-rata ke luar di soal ini. Hening rasanya saat semua terdiam dan berkonsentrasi mengerjakan soal. Tapi ada juga sedikit kebisingan yang sayup-sayup terdengar di telingaku. Aku pikir dalam ajang seperti ini semuanya benar-benar asli hasil kerja diri sendiri. Tapi ternyata tepat di depan mataku, ada seorang Anak yang diam-diam menyembunyikan contekan di balik sebuah kertas putih yang tertulis rapi.
Ternyata dia adalah Sella yang tadi sempat berkenalan denganku. Ingin rasanya aku langsung memberitahu pengawas tentang kejadian yang aku lihat ini. Mungkin sungguh mengejutkan?Memang sengaja aku biarkan dalam beberapa saat. Aku pikir dia akan sadar dalam beberapa saat untuk tak melihat kertas yang berisi rumus-rumus itu. Tapi ternyata aku salah, dia malah semakin menjadi-jadi. Sehingga terpaksa aku mengangkat tanganku dengan rasa berat hati. Perlahan pengawas menghampiriku.
“Iya kamu, Ada apa?”
“Itu pak, saya melihat Ada yang membawa contekan yang ditulis di sebuah kertas.” aku berbisik kepada pengawas.
“Siapa?”
“Anak yang duduk tepat di depan saya.”
Mungkin berat untuk mengatakan hal seperti itu siapa pun dia. Namun bukan maksud apa-apa aku melakukan hal itu. Karena aku ingin mengutamakan kejujuran dalam situasi apa pun apalagi di saat seperti ini. Karena bagiku kejujuran itu adalah harga mati. Sejenak setelah beberapa menit aku mengatakan hal itu. Suasana pun agak sedikit berubah. Yang tadinya hanya biasa saja, sekarang menjadi tegang. Pengawas berkeliling sudut demi sudut sampai akhirnya pengawas menemukan sebuah kertas yang berisi rumus dalam genggaman gadis berambut panjang yang bernama Sella.
“Ini apa?” tanya pengawas dengan nada tinggi.
“Em.. Anu Pak.”
“Anu apa? contekan?” reaksi marah sambil mengambil lembar jawaban Sella.
“Loh Pak, jangan diambil! Saya belum selesai Pak, saya mohon.”
“Ini sudah menjadi peraturan yang telah disepakati bersama. Bila mana ada yang tertangkap basah membawa contekan seperti ini maka dengan terpaksa pengawas akan mengambil lembar jawaban anak tersebut dan anak tersebut dipersilahkan untuk ke luar. Kertas masih akan tetap dikoreksi namun harapan untuk menang mungkin tidak ada. Jadi Anda boleh meninggalkan ruangan.” Waktu yang hanya tersisa 35 menit itu ternyata menjadi suasana yang tak disangka-sangka oleh semua peserta. Semua tercengang keheranan dengan kejadian tadi. Detik demi detik berjalan dalam sekejap. Waktu pun selesai dan semua peserta termasuk aku langsung mengumpulkan lembar jawaban kepada pengawas. Sekejap aku langsung ke luar meninggalkan ruangan itu.
“Heyy Bintang.”
“Eh Alan, Gimana tadi? lancar kan?”
“Iya dong. Kamu sendiri gimana?”
“Lancar kok tapi tadi di kelasku ada sedikit masalah.”
“Alan. Bintang.. Gimana soalnya? Lancar kan?” tanya ibu Dewi yang tiba-tiba sudah ada di belakangku beberapa detik yang lalu.
“Lancar dong Bu.” jawab Alan.
“Kalau Bintang Gimana?”
“Lancar juga kok Bu.”
“Baguslah.. Emang pintar ini anak-anak Ibu. Sekarang kita tinggal doa aja dan pasrahin sama yang di atas. Bagaimana pun hasilnya itu adalah kerja keras kalian. Oh, ya buat pengumuman hasilnya mungkin akan diberitahukan untuk beberapa minggu ke depan jadi sebentar lagi kalian boleh pulang. Tapi kalau kalian mau nyari makanan dulu atau mau apa silahkan. Ibu tunggu di sini”
“Ok Ibu.” Sembari menunggu waktu untuk pulang. Aku pun berniat untuk mengajak Alan ke taman yang berada di depan gerbang masuk sekolah ini sekedar mencari udara segar. Tapi tak ku sangka, di sebuah kursi panjang itu ternyata tampak terlihat Sella sedang menangis yang sekejap dia menatapku dan langsung menghampiriku.
“Ehh Elo Bintang kan yang tadi satu ruangan sama Gue?”
“Iya saya Bintang.. Ada apa?” tanyaku lembut. “Ehh.. nggak usah belagak bego deh Lo! Elo kan tadi yang bilang ke pengawas kalau Gue bawa contekan? Bener-bener ya Lo…”
“Maaf bukan maksud apa-apa saya seperti itu. Tapi apa saya salah jika saya mengungkapkan kebenaran? lagian yang kamu lakuin tadi benar-benar melanggar aturan dan ketentuan yang ada.”
“Tapi ya nggak gitu juga caranya! Elo tahu gara-gara Elo, gue udah nggak ada harapan lagi buat dapetin juara di lomba kali ini.”
“Maaf.. Maaf Anda ini siapa ya? kok tiba-tiba marah-marah sama temen saya?” Sela Alan.
“Bilangin ya sama temen Lo ini kalau lain kali itu nggak usah ikut campur sama urusan orang lain Basi tahu nggak!”
Dalam sekejap Sella langsung pergi dari hadapanku. Dan Alan langsung menenangkanku sembari aku juga menjelaskan semua kejadian yang ada. Tak ku sangka jika Alan akan seperhatian ini untukku bahkan di saat yang seperti tadi dia juga ada di sampingku. Waktu terus berlalu sampai akhirnya kami pun harus kembali ke penginapan untuk membereskan semua barang-barang yang ada di penginapan dan setelah semuanya beres ini saatnya untuk kembali ke Lampung.
“Sekarang saatnya kita pulang.” Seru Ibu Dewi dengan semangat.
“Iya nih Bu aku udah nggak sabar banget pengen nyampe di Lampung.”
Itulah sedikit percakapan antara Alan dan Ibu Dewi yang sepertinya sudah semangat sekali untuk pulang. Sementara aku masih memikirkan masalahku dengan Sella. Tapi tak terasa ternyata sudah 2 hari perjalanan akhirnya sekarang aku sudah sampai di rumahku. Ibu Dewi dan Alan yang masih bersamaku ternyata nampak lelah dan akhirnya mereka memutuskan untuk langsung pulang. Sambutan hangat yang aku rasakan ketika aku memasuki pintu rumahku. Sungguh bahagianya aku karena dalam hariku aku masih bersama orang-orang yang menyayangiku.
Hari-hariku selanjutnya aku isi dengan kegiatan seperti biasa bersama orang-orang yang aku sayangi baik di rumah maupun di sekolah. Nampak jelas di kalender yang berada di kamarku menunjukkan bahwa hari ini adalah tanggal 27 mei. Itu artinya bahwa hari ini adalah hari pengumuman lomba OSN Kimia Tingkat Nasional tapi bukan hanya itu, hari ini juga merupakan hari yang istimewa untukku. Tapi kenapa ibuku tak mengucapkan sepatah kata pun untukku? Apakah dia lupa dengan hari ini? lalu kenapa ponselku juga dari tadi sama sekali tak ada pesan masuk seperti yang aku harapkan? apakah tak ada yang ingat dengan hari ini? ahh.. ya sudahlah.
Sedikit terlintas pemikiran yang membuatku kesal. Namun aku mencoba untuk meluluhkan semua kekesalan itu dengan menuangkan semuanya di sekolah. “Mungkin aku akan sedikit bisa melupakan kekesalanku ini jika di sekolah.” pikirku sekilas. Setelah aku memasuki ruangan kelas ternyata yang aku harapkan tak sesuai dengan yang aku pikirkan. Semua teman-temanku di kelas malah tambah membuatku kesal. Akhirnya aku pun memutuskan untuk ke ruangan Ibu Dewi untuk menanyakan hasil Tes kemarin seperti apa.
Tapi ternyata hari ini Ibu Dewi belum masuk. Kata Bapak Sidiq sih masih ke luar buat nyari keperluan buat nanti malam. Tapi aku juga tidak tahu untuk apakah itu? Sampai akhirnya aku pun ke luar meninggalkan ruangan Ibu Dewi dan kembali ke kelasku. Tak sengaja saat aku berjalan, aku bertemu dengan Alan. Sedikit senyumanku untuk menyapanya. Namun dia tak menghiraukan sapaanku itu.
Oh, Tuhan.. Ada apa hari ini? kenapa semuanya seakan sedang menjauhiku? Apakah ada yang salah denganku? Kekesalan yang seakan menjadi-jadi sampai akhirnya bel pulang berbunyi. Sepertinya rumah adalah tujuan yang tepat untukku kali ini. Tanpa berpikir panjang, aku pun langsung kembali ke Rumah dan langsung menuju ke kamarku tercinta. Waktu pun masih menunjukkan pukul 19.00 WIB. Tapi tak sedikit pun langkahku meninggalkan kamarku itu. Sampai akhirnya Ibuku yang dengan sengaja dari beberapa menit tadi mengetuk-ngetuk pintu kamarku. ‘Mungkin supaya aku ke luar dari kamar.” pikirku. Dengan wajah kesal dan terpaksa aku pun langsung membuka pintu kamarku itu.
“Ada Apa sih Bu?” Belum sempat melihat sekeliling.
Deaarr.. suara terompet yang sangat berisik di telingaku.
“Happy Birthday Bintang!!!” Teriak teman-temanku, Ibuku dan juga ibu Dewi yang dari tadi ternyata sudah mempersiapkan semuanya dan sengaja untuk mengerjaiku. “Maaf sayang tadi Ibu pengen buat kejutan buat kamu. Selamat ulang tahun ya buat anak ibu yang paling cantik ini semoga di umur Bintang yang ke-17. Bintang bisa jadi yang lebih baik dan juga tetep jadi anak kebanggaan Ibu.”
“Ibu Dewi juga minta maaf kalau tadi pas Bintang nyariin Ibu, Ibu nggak ada. Jadinya selamat ulang tahun aja buat murid kesayangan Ibu ini. Semoga Bintang tambah pinter kimianya.”
“Iya Ibu. Bintang sayang sama Ibu dan Ibu juga Dewi, makasih semua buat kejutannya.. Bintang seneng banget? Oh Iya Alan mana?”
“Happy birthday Bintang!!” teriak Alan tiba-tiba sambil membawa kue ulang tahun dan menyanyikan sebuah lagu ulang tahun untukku. Dan lilin pun mulai aku tiup dengan doa yang aku haturkan kepada Tuhan di umurku yang ke-17 ini dan dilanjutkan dengan memotong kue. Suapan manis kue pertama kali ini aku berikan kepada ibuku. Dan yang kedua untuk Ibu Dewi. dan untuk suapan berikutnya aku berikan untuk Alan.
Suasana ramai dan penuh ceria saat malam itu. Semuanya seakan tertawa dengan bahagia dan seakan tak ada masalah yang tersimpan. Semuanya sibuk sendiri-sendiri. Ada yang menyiapkan ini itu, ada yang sedang ini itu. Sementara aku dan Alan hanya berdua memanggang ayam untuk makan bersama. “Bin aku mau tanya sama kamu? gimana sih perasaan kamu kalau kamu ada di samping aku? bosenkah, senengkah? atau apa?”
“Kok nanyanya gitu sih Lan? ya pastinya senenglah…”
“Terus kamu ada nggak sih, perasaan yang kamu sembunyiin dari aku?”
“Perasaan? perasaan Apa?”
“Ya perasaan kamu ke aku? jujur ya selama ini tuh sebenernya aku udah lama punya perasaan lebih ke kamu dari pertama kita kenal. Aku itu udah suka sama kamu tapi aku belum berani aja ngomong itu semua ke kamu dan sekarang ini aku baru berani ngomong itu semua ke kamu. Terus kalau kamu gimana?”
“hm gimana ya? kalau jujur sih sebenernya aku juga iya.”
“Iya? jadi kamu juga punya perasaan lebih ke aku? Terus kalau gitu kamu mau nggak?”
“Mau apa lan?”
“Mau jadi lebih dari sekedar temen buat aku?”
“hmm.. gimana ya? Tapi kayaknya aku nggak perlu deh jawab pertanyaan kamu. Soalnya aku yakin kalau kamu pasti udah tahu jawabannya?”
“Eh kalian.. Ngomongin apa sih kok kayaknya serius amat? lihat tuh yang lain pada kumpul di sana.. kalian nggak ikutan?” Tanya Tata yang tiba-tiba menghampiriku dan Alan. Dan seketika itu aku dan Alan langsung bergabung dengan teman-teman yang lain sekedar untuk merayakan pesta ulang tahunku.
“Eh Alan Bintang sini-sini! Ibu ada kejutan buat kalian.” Seru Ibu Dewi.
“Iya Ibu ada apa? Kok kayaknya seneng banget dilihat dari wajah ibu?”
“Ya jelaslah Ibu seneng, soalnya Ibu punya kejutan yang nanti bakalan bikin kalian bener-bener gembira. Bukan cuma buat kalian aja tapi juga buat sekolah, provinsi, dan keluarga kalian. Ya udah langsung aja deh Ibu jelasin. Jadi gini tadi Ibu udah dapat informasi dari Dinas kalau Sekolah kita berhasil mendapatkan juara di lomba OSN kemarin jadi kita berhak maju mewakili Indonesia ke tingkat Internasional. Emm siapa ya pemenangnya? Alan atau Bintang?”
“Bintang, Alan Bu dua-duanya.” seru teman-temanku semangat.
“Oke jadi ternyata yang mendapatkan kesempatan untuk maju ke babak selanjutnya adalah… Bintang daan Alan.. untuk yang mendapat nilai tertinggi pertama se-Indonesia adalah Bintang dan untuk yang mendapatkan nilai tertinggi ketiga adalah Alan.. Selamat ya buat anak-anak kesayangan Ibu.”
“Ya ampun Bu ini beneran? aku nggak mimpi kan? Alan kita nggak mimpi kan?”
“Iya Bin ini beneran kok kita nggak mimpi. Selamat ya cantik buat prestasinya.. Aku jadi makin kagum sama kamu.”
“Iya Bintang sayang, ini beneran selamat ya buat kerja keras kamu selama ini ternyata membuahkan hasil yang kamu inginkan.” jawab ibuku. “Selamat ya buat kalian berdua Alan dan juga Bintang. Nggak nyangka loh kalau kalian bakalan sekompak ini. Cocok banget deh, jadi temen aja cocok apa lagi kalau lebih dari sekedar itu.” ujar teman-temanku. “Iya semuanya makasih dan buat Alan selamat juga buat prestasinya. Aku juga kagum sama kamu.” jawabku.
Tak banyak kata yang bisa aku ucapkan untuknya. Untuk lelaki yang aku kagumi di masa putih abuku kali ini yang ternyata di malam 17 tahunku, dia menjadi orang yang spesial untukku. Spesial dalam arti lebih dari sekedar teman bagiku setelah lama aku mengaguminya. Terima kasih Alan telah menjadi bagian teristimewa untukku dan juga selalu mewarnai hari-hariku. Benar-benar terasa seperti anugerah yang tak pernah aku bayangkan.
Di malam ini bersama lilinku yang ke-17 tahun seakan bisa menutupi kesedihanku dalam kehampaan selama 14 tahun silam dan semua kisah di malam ini yang tertuang di lilin 17 tahunku seakan mampu menghapuskan semua kesedihanku itu. Terima kasih Tuhan.. untuk anugerah yang engkau berikan kepadaku di lilinku yang ke-17 tahun ini bersama orang-orang yang sangat aku sayangi dan terima kasih juga atas izinmu untuk tetap memberikanku kesempatan dalam menggapai mimpiku. Terima kasih lilin 17 tahunku yang masih menerangiku dalam setiap langkahku.

Lilin 17 Tahunku Part 1


Dalam diamku aku selalu bertanya tentang suatu hal yang tak pernah terpecahkan dalam teka-teki hidupku. Terkadang aku merasa bahwa semua ini hanyalah sebuah kisah yang membuatku termenung dalam satu lamunanku ketika aku memikirkan hal itu. Mungkin satu hal yang bagitu biasa untuk mereka. Mereka yang berdiri tegap di sana tanpa mengetahui apa artinya terluka. Aku adalah sesosok gadis kecil yang berusia 16 tahun yang kerap dipanggil dengan panggilan Bintang.
Dari kecil aku hanya hidup berdua di sebuah Rumah sederhana ini bersama ibuku yang sangat menyayangiku. Ibuku adalah sosok ibu yang paling terhebat di dalam hidupku. Karenanya aku bisa bertahan sampai di usiaku yang akan menginjak 17 tahun dalam beberapa bulan terakhir ini. Terkadang aku merasa nampak berbeda dengan teman-teman yang ada di sekelilingku. Bukan karena aku tak bisa seperti mereka tetapi karena aku tak mempunyai apa yang kebanyakan anak-anak lainnya miliki. “AYAH.” satu kata itu yang selalu membayangi pikiranku dan selalu terngiang di dalam kehidupan nyataku.
Dari kecil, ibuku memang hanya membesarkanku sendirian tanpa seorang Ayah. Ayahku meninggalkanku dan ibu saat aku masih berumur 3 tahun. Iya 3 tahun? Waktu dimana aku masih sangat lemah dan butuh penopang untuk bersandar di dalam terpaan guncangan. Bagiku umur 3 tahun itu adalah saat-saat dimana peran Ayah masih sangat aku butuhkan untuk menjalani hidupku. Ayahku meninggalkanku bukan karena bercerai dari Ibuku ataupun juga dengan sengaja meninggalkan ibuku. Karena ada wanita lain yang singgah di hatinya tetapi karena saat itu Ayahku mempunyai penyakit jantung yang ia derita semenjak umur 25 tahun yang sampai akhirnya ajal pun menjemputnya saat aku masih BALITA dan belum tahu apa-apa tentangnya. Mungkin cukup singkat cerita ibu yang selalu ku dengarkan tentang kisah Ayahku. “Ayah sangat menyayangi Bintang.” Kata itu adalah kata yang selalu ibu ucapkan ketika aku menanyakan tentang Ayah. Dan kata-kata itu selalu menjadi motivasiku ketika aku melangkah untuk menggapai anganku.
Di masa putih abuku kali ini aku ingin membahagiakan ibuku dengan gemerlapnya prestasiku di bangku sekolah. Aku sadar aku memang sedikit berbeda dari mereka, tapi hal itu tak membuatku patah dalam menggapai anganku. “Bintang semangat! terus belajar dan jangan lupa berdoa.” suara lembut yang terdengar nyata di telingaku. Ya.. dia adalah sosok wanita cantik yang aku sayangi setelah ibuku dialah guru pembimbing olympiade kimia di sekolahku.
Bersyukur, untuk kali ini aku bisa mendapatkan kesempatan kembali untuk mengikuti lomba OSN Kimia tingkat nasional. Aku tak menyangka bahwa hari itu adalah hari yang nyata untukku. Dimana aku ternyata adalah salah satu wakil dari sekolahku yang berhasil meraih nilai tertinggi OSN tingkat provinsi tahun ini. “Bintang selamat ya.” kata-kata yang diucapkan oleh sahabat karibku dialah Tata, sahabat yang selalu ada untukku dari kecil hingga saat ini. Tak lupa ibuku tercinta juga mengucapkan hal yang sama kepadaku. “Selamat ya sayang atas prestasinya semoga peri kecil Ibu akan tetap selalu menjadi yang terbaik semangat terus! ibu sayang Bintang.” kata yang terdengar singkat namun selalu menjadi sebuah motivasi dalam setiap langkahku. “Iya ibu, Bintang pasti akan selalu ngelakuin yang terbaik buat Ibu.. Bintang sayang Ibu.”
Terkadang di saat-saat seperti ini kerap membuatku teringat akan sosok lelaki yang sangat aku sayangi dialah Ayahku sosok yang benar-benar aku rindukan selama 14 tahun terakhir ini. “Ayah.. Bintang sayang Ayah.. Bintang rindu Ayah.” kata sederhana yang seringkali membuatku menangis ketika aku merindukan ayahku. Rasanya tak pantas jika aku hanya merengek seperti ini karena aku tahu pasti semuanya tak akan berarti apa-apa. Namun aku di sini terus mencoba bangkit dari kesedihanku. “Tuhan.. tolong jaga Ayahku di surgamu.” kalimat dalam doa ku yang selalu aku ucapkan tiap kali aku melaksanakan salat sebagaimana kewajibanku sebagai seorang muslim.
Hari demi hari aku lewati untuk belajar.. belajar.. dan belajar namun aku di sini tak sendiri. Aku selalu ditemani oleh Ibu Dewi, guru yang aku kagumi sekaligus menjadi guru pembimbingku yang sangat menyayangiku. Ibu Dewi adalah salah satu sosok guru di SMA Harapan Bangsa yang sangat dikagumi oleh murid-murid di Sekolahan ini dan aku termasuk salah satu dari sekian banyak murid yang mengagumi Ibu Dewi karena menurutku selain cantik Ibu Dewi juga baik terhadap murid-murid di Sekolah ini. Hari ini adalah hari dimana aku mengikuti bimbingan pembelajaran untuk persiapan lomba OSN kimia tingkat Nasional yang akan berlangsung dalam kurun waktu 2 minggu terakhir ini. Namun aku tak sendiri, ada salah satu temanku yang juga lolos dalam seleksi kemarin.
“Udah dateng Bin, tumben kamu telat biasanya kamu selalu dateng lebih awal dari aku?” Sapa temanku yang sudah dari tadi belajar di kelas ini sebelum aku datang dan dia juga berhasil lolos seleksi OSN Kimia tingkat Nasional sebut saja Alan. “Oh.. iya nih Lan tadi masih ada jam tambahan di kelasku.”
“pantesan kamu lama banget, aku kira kamu nggak dateng hari ini.”
“ya nggak mungkinlah Lan aku nggak dateng, aku nggak mau lewatin satu hari aja buat nggak belajar kimia bareng Ibu Dewi. Emangnya kenapa Lan kok kayaknya kamu segitunya banget nyariin aku hari ini.”
“Ya nggak apa-apalah Bin, soalnya kalau nggak ada kamu itu pasti sepi.”
Tak terasa sudah cukup lama aku berbicara dengan Alan dan tak terasa tiba-tiba Ibu Dewi sudah sampai di kelas untuk memberi kami materi pembelajaran.
“Bintang.. Alan.. Udah pada dateng dari tadi ya?”
“Iya Bu” jawaban yang serentak aku ucapkan bersama Alan.
“Aduh maaf banget tadi Ibu ada urusan mendadak dan sebenernya Ibu juga nggak bisa lama-lama di sini jadi, Ibu kesini cuma mau bilang aja kalau hari ini kalian belajar di rumah aja dulu! kalian pelajarin materinya sendiri dan besok kalau ada yang kurang jelas bisa ditanyain ke Ibu! ya udah gitu aja Ibu pergi dulu dan kalian boleh pulang sekarang.”
“Oke Ibu Dewi.”
“Bin.. Pulang bareng aku aja yuk!”
“Nggaklah Lan, aku nungguin jemputan Ibuku aja dulu.”
“Emang nggak lama ya? Bukannya biasanya Ibu kamu jemput jam 17.00 WIB mendingan sama aku aja deh! dijamin aman kok.”
“Ya udah deh.”
Dalam sekejap laki-laki berbadan tinggi dan berkulit putih itu langsung menarik tanganku dan mengajakku untuk naik ke sebuah benda beroda dua yang bermesin canggih yang menjadi andalannya. Di sepanjang perjalanan tak henti-hentinya kami bercanda tawa. Dan entah kenapa aku merasa nyaman saat berada di dekatnya.
“Nah.. akhirnya udah nyampe juga nih.”
“Iya makasih ya Lan udah mau nganterin aku pulang, masuk dulu yuk.”
“Aduh Bin lain kali aja deh soalnya ini udah sore.”
“Oke deh Lan nggak apa-apa kok, ya udah hati-hati ya Alan.”
Detik terus berjalan dan senja pun tiba. Tak banyak yang aku pikirkan tentangnya. Tentang dia yang masuk ke dalam memoriku dan memaksaku untuk selalu mengingatnya. Mungkin tak banyak yang aku pikirkan tentangnya, namun bayangannya masih segar dalam memori ingatanku dari awalku mengenalnya dan sampai aku tahu tentangnya hingga terkadang aku merasa nyaman jika berada di sampingnya. Diam-diam terkadang aku juga sering memperhatikannya dari kejauhan. Ya Tuhan Bintang apaan sih lo? kenapa harus dia?
Satu pertanyaan yang membuatku bingung tentang semua hal ini. Apakah ini? Apa aku menyukainya? Oh.. tidak, tidak. Lalu apa aku mengaguminya? Oh tidak.. tidak. Benar-benar satu hal yang sulit aku pecahkan. Ternyata tak semudah yang aku bayangkan, untuk membedakan antara suka dan kagum ternyata harus benar-benar tahu tentang isi hati kita sendiri. Aku akui memang susah untuk mengakui perasaan kepada diri sendiri?
Selama 2 minggu terakhir ini, hari-hari ku selalu aku isi dengan kegiatan seperti biasanya yaitu belajar kimia bersama Alan dan juga Ibu Dewi. Aku dan Alan memang sudah kenal dan juga sudah dekat jauh sebelum kita mengikuti bimbingan belajar ini. Namun, semenjak kita sering belajar bareng seperti ini kami menjadi semakin dekat dan akrab. Karena kegiatan ini juga kita sering menghabiskan waktu bersama setiap hari. Namun itu semua tak membuatku bosan untuk selalu menghabiskan setiap detikku untuk selalu bersamanya. 2 minggu pun berlalu dan hari ini adalah hari dimana aku dan Alan harus pergi ke Jogjakarta untuk mengikuti seleksi OSN Kimia Tingkat Nasional.
“Kring..kring..” suara hp-ku yang sejak tadi berbunyi karena ada pesan masuk. Siapa sih? jam segini udah sms padahalkan masih jam 05.00 WIB. “Selamat pagi Bintang cantik semangat ya buat hari ini!”
Setelah aku membaca pesan singkat itu entah kenapa aku yang tadinya sedikit marah namun setelah aku tahu bahwa pesan itu adalah pesan dari Alan, aku langsung membaca dengan senyuman yang manis untuk mengawali awal pagiku hari ini bersama sebuah pesan singkat yang mampu membuatku tersihir dalam beberapa detik saja namun sengaja aku tak membalasnya untuk menyembunyikan rasaku. Sementara Ibuku dari tadi sudah terbangun untuk mempersiapkan segala sesuatu yang aku butuhkan untuk pergi ke Jogja. Mulai dari mempersiapkan barang-barang yang aku butuhkan, dan juga makanan.
“Bintang.. hati-hati ya saat di perjalanan! di sana kamu juga harus hati-hati! jaga kesehatan kamu! Ibu nggak mau denger kalau anak kesayangan Ibu ini sakit.” begitulah kiranya pesan Ibuku yang aku dengar sebelum aku berangkat ke Jogjakarta untuk seleksi OSN Kimia tingkat nasional.
“Oke deh Ibu.. Tenang aja Bintang pasti bakal ngelakuin apa yang Ibu mau dan juga dengerin semua kata Ibu. Bintang Sayang Ibu.”
Itulah sedikit kiranya percakapanku dengan Ibuku sebelum aku melangkah pergi meninggalkan rumahku dalam kurun waktu satu minggu ini. Bagiku waktu satu minggu itu akan terasa lama jika aku tak bersama Ibuku. Bersyukur di waktu satu minggu itu aku masih bersama kedua orang yang aku sayangi yaitu Ibu Dewi dan juga Alan. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB ini adalah saatnya aku berangkat. Ibu Dewi dan Alan yang sejak tadi aku nantikan ternyata sekarang sudah ada di depanku. Kakiku segera melangkah masuk ke dalam benda hitam yang beroda empat itu sambil melambaikan tanganku ke arah Ibuku tersayang. “Semoga aku tak mengecewakan Ibuku.” satu doaku yang selalu aku ucapkan ketika aku sedang menghadapi hal seperti ini.
“Alan.. Bintang.. Bagaimana hari ini persiapannya? sudah siap kan?”
“Alhamdulillah sudah siap semuanya Bu.” jawabku dengan semangat.
“Tumben Lan kamu kelihatannya nggak semangat gitu? kenapa?”
“Nggak apa-apa kok. Tadi aku sms kamu tapi kenapa nggak dibales Bin.”
“Hemm ceritanya kamu marah gara-gara itu. Maaf deh.. tadi nggak sempet bales sms soalnya tadi aku lagi sibuk banget buat nyiapin semuanya.”
“Ternyata kalian sedekat ini ya? sampai-sampai sepagi ini kalian sudah berkiriman pesan.”
“Ibu.. apa sih Bu.” jawabku sambil tersenyum.
Di sepanjang perjalanan kami hanya seperti itu ngobrol-ngobrol saja sembari menghilangkan rasa cemas untuk menghadapi soal-soal yang akan dihadapi nanti saat waktu seleksi tiba. Tapi tak henti-hentinya Ibu Dewi selalu memberi semangat kepadaku dan Alan. “Ibu harap kalian berdua nggak mengecewakan sekolah, Ibu harap kalian bisa membawa nama SMA harapan Bangsa sebagai pemenang OSN Kimia Tingkat Nasional tahun ini.”
Kata yang selalu Ibu Dewi katakan kepadaku dan juga Alan. Kata-kata Ibu Dewi itu membuatku serasa mempunyai tanggung jawab yang besar dalam event ini. Dalam hati kecilku aku juga tak mau mengecewakan sekolah terutama Ibuku dan juga Ibu Dewi yang selalu memberiku semangat setiap hari dan aku juga menginginkan bahwa kali ini aku bisa mendapat nilai tertinggi lagi seperti kemarin. Waktu pun berlalu begitu cepat, tak terasa sudah 2 hari dalam perjalanan dari Lampung-Jogjakarta dan ternyata sekarang aku sudah sampai di kota pelajar ini. Kota yang indah dan penduduknya yang ramah.
“Yeey akhirnya sampai juga setelah 2 hari perjalanan.” seru Alan semangat.
“Iya nih Lan aku nggak nyangka banget kalau aku bisa sampai di kota indah ini bareng kamu sama Ibu Dewi.”
“Udah-udah mendingan kita langsung masuk ke penginapan aja! kalian pasti cape kan? Setelah sampai di penginapan nanti kalian bisa tidur saja dulu dan nanti pukul 19.00 WIB kita makan malam di luar.”
2 hari perjalanan Lampung-Jogjakarta yang cukup membuatku lelah dan aku pun segera bergegas masuk ke dalam penginapanku yang letaknya hanya beradu pojok dengan penginapan Alan. Aku memasuki pintu penginapanku dan sementara Alan memasuki pintu penginapannya. Setelah di kamar aku langsung beristirahat sekedar menghilangkan rasa lelah selama 2 hari perjalanan kemarin. Tidur 2 jam saja sudah cukup membuatku merasa sedikit agak mendingan. Waktu menunjukkan pukul 17.50 WIB itu artinya aku harus segera bersiap-siap untuk makan malam bersama Alan dan juga Ibu Dewi.
“Kring..kring” handphone-ku berdering seperti ada pesan masuk.
“3 rakaatnya Bin!”
“oke, kamu juga!”
Singkat balasanku untuk pesan singkatnya itu dan aku pun langsung bergegas untuk mengambil air wudu untuk menuanaikan salat 3 rakaat. Dalam doaku aku berterima kasih kepada Tuhan karena telah mengirimkanku seseorang yang selalu ada untukku, Ibuku, Ibu Dewi, dan juga Alan tak lupa juga Ayahku yang aku sayangi namun kini tak ada lagi di sampingku namun selalu menjadi penyemangatku. Salat pun usai dan aku harus bergegas mempersiapkan segala sesuatu untuk makan malam.
“Jangan lupa siap-siap buat makan malamnya”
“Iya.. Iya Alan bawel” Setelah 10 menit berlalu aku membalas pesannya ternyata dia sudah lama menungguku di kursi depan pintu kamarku.
“kamu ngapain Lan duduk di sini? nungguin aku?”
“Enggak Bin aku nungguin banci lewat.. ya iyalah nungguin kamu.. emang mau nungguin siapa lagi?”
“ciie nungguin aku? tumben banget”
“Salah ya?”
“Enggak kok aku seneng malahan makasih loh udah mau nungguin.”
“Iya Iya ya udah yuk buruan berangkat! kita udah ditungguin nih sama Ibu Dewi di Restoran depan.”
Entah rasa apa ini yang aku rasakan saat aku melihatnya seperhatian ini kepadaku? ‘Senang mungkin’ itu yang aku rasakan. Langkah demi langkah kami lewati untuk menuju restoran depan penginapan. Langkah yang berjalan dengan senyum yang ceria. Itulah yang kami rasakan saat kami berdua bersama dan tak terasa kami sampai di Restoran namun ternyata Ibu Dewi belum datang.
“em.. Bin kamu cantik malam ini.”
“Biasa ajalah Lan biasanya juga gini.”
“Bin.”
“Kenapa Alan?”
“Emm.. aku mau ngomong sesuatu.”
“Ya udah ngomong aja!” sedikit bingung dengan sikap Alan.
“aku mau ngomong kalau sebenernya aku itu…” Belum sempat Alan selesai bicara tiba-tiba saja Ibu Dewi sudah terlihat dari kejauhan. “hay Bintang, Alan aduh kalian udah sampai duluan ternyata maaf banget Ibu terlambat soalnya Ibu tadi ada urusan sebentar.”
“Oh iya Bu nggak apa-apa kok kita juga belum lama di sini. Iya kan Lan?”
“Oh.. ya iya iya.” jawab Alan gugup.
Setelah Ibu Dewi datang suasana pun kembali seperti biasa. Ibu Dewi langsung memesan makanan untuk kami bertiga. Setelah 20 menit kita makan bersama di Restoran itu, ibu Dewi langsung bergegas menuju penginapan terlebih dahulu karena banyak segala sesuatu yang harus ia siapkan untuk kami besok. Sehingga aku harus kembali ke penginapan bersama Alan. “Lan, kamu tadi mau ngomong apa?”
“Ah.. enggak Bin lupain aja.”
“Kok gitu? kenapa?”
“mungkin waktunya belum tepat aja buat ngomong ke kamu. Oh ya.. nggak terasa banget kalau besok kita akan menghadapi tantangan nyata yang udah kita nantiin sejak dulu. Kamu masih inget nggak sama harapanku dan harapan kamu yang kita tulis bareng dan kita simpen dalam botol.”
“Iya Lan aku inget.”
“okelah kalau kamu inget, jangan lupa istirahat yang cukup nanti malam! jangan tidur terlalu larut! besok jam 06.30 aku tunggu di tempat tadi.”
Tidak terasa ternyata percakapanku dengan Alan sudah cukup lama sampai-sampai kita sudah di depan pintu penginapan dan kita masuk ke kamar masing-masing. Sampai di kamar aku langsung menempati kasur yang ada di kamarku itu sambil memikirkan kata-kata Alan tadi. Kenapa hari ini dia mendadak aneh seperti itu? apakah ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku? ahh.. kenapa aku terlalu memikirkan hal itu? aku pun tak mau pusing dan aku langsung segera tidur dengan nyenyak ditemani mimpiku yang indah.
Bersambung