Rabu, 17 Februari 2016

Lilin 17 tahunku part 2

Lilin 17 Tahun Ku (Part 2)

Tak terasa alarm di ponselku sudah berdering. Itu menunjukkan bahwa sudah pukul 04.00 WIB. Ini memang sudah menjadi kebiasaanku bangun jam 4 pagi. Aktivitas yang aku lakukan saat masih sepagi itu adalah belajar dan mengulas materi yang aku dapatkan. Lalu menunaikan ibadah salat subuh dan segera bersiap-siap untuk kegiatan di pagi hari. Nah.. tak terasa pagi ini adalah pagi dimana aku harus mengikuti seleksi OSN Kimia Tingkat Nasional di Jogjakarta. Ini memang impianku sejak dulu. Sejak aku masih duduk di bangku kelas X.
“Bintang buruan! aku udah di depan cepetan keluar!”
“Aduhh.. pagi banget sih kamu datengnya.”
“udah.. udah ayo berangkat! Ibu Dewi udah siap di Mobil tuh.”
Akhirnya kami berdua segera berangkat dengan mobil yang dikendarai sopir sewaan dari sekolah yang di sana sudah ada Ibu Dewi yang sejak 5 menit tadi sudah menunggu kami berdua. Setelah 30 menit perjalanan menuju SMA N 9 Jogjakarta akhirnya kami pun sampai di lokasi. Benar-benar seperti mimpi. “Bintang.. Alan.. nanti seleksinya dimulai pukul 07.30 WIB ruangan Alan di Ruangan 18 dan untuk ruangan Bintang ada di ruangan 27 Ibu bakalan nungguin kalian berdua di sini dan akan mendoakan kalian berdua agar nanti bisa lancar saat mengerjakan soalnya jadi ibu harap kalian bisa mengerjakan soal semaksimal mungkin dan satu pesen ibu kalian harus jujur saat mengerjakan soal dan sebelum mengerjakan soal kalian harus berdoa terlebih dahulu,”
“OK Ibu Dewi.” jawabku semangat bersama Alan.
“Alan semangat ya! kita pasti bisa?”
“Iya Cantik.” jawab Alan meledek.
Percakapan pun Usai. aku memasuki ruangan 27 sementara Alan memasuki ruangan 18. Setelah aku memasuki ruangan tersebut ternyata di ruangan itu sudah banyak peserta yang hadir dan menempati kursi masing-masing namun pengawas belum juga datang. Aku menunggu di kursi yang telah disediakan sambil berkenalan dengan beberapa peserta yang ada di ruangan itu. Ahh.. ternyata anak-anak ini tidak sesombong yang aku pikirkan.
Sempat terlintas di pikiranku bahwa anak-anak itu pasti gengsi untuk memulai percakapan dan berkenalan denganku. Tapi ternyata aku salah malahan, mereka duluan yang memperkenalkan diri mereka untuk memulai percakapan. Baru sebentar kami bercakap-cakap namun pengawas sudah datang. Pengawas yang terdiri dari 2 orang bapak-bapak dan 2 orang Ibu-ibu yang sudah terlihat dari parasnya saja sudah ‘GALAK’ dan dugaanku kali ini tak meleset sama sekali.
“Selamat pagi anak-anak selamat datang di SMA N 9 Jogjakarta kali ini dalam keadaan sehat wal’afiat tanpa ada halangan suatu apa pun dalam rangka seleksi OSN Kimia Tingkat Nasional kali ini. Selamat untuk kalian yang sudah berhasil lolos dari seleksi tingkat provinsi dan sekarang masih mempunyai kesempatan untuk menjadi wakil untuk sekolah dan provinsinya. Saya yakin bahwa kalian di sini adalah anak-anak pilihan yang mempunyai bakat dalam mata pelajaran Kimia. Maka dari itu saya berharap jika nanti Anda-Anda ini ada yang berhasil mendapatkan nilai tertinggi sehingga berhak maju ke tingkat internasional untuk mewakili Indonesia saya mohon untuk kerja kerasnya dan bagi yang belum beruntung jangan putus asa. Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan sebelum saya membagikan soal.”
Setelah Bapak pengawas itu mengawali percakapan tanpa dia memperkenalkan dirinya dan rekan-rekannya itu, akhirnya formulir dibagikan bersamaan dengan soal yang dibagikan satu-persatu kepada peserta. Sebelum mengerjakan soal para peserta harus mengisi formulir terlebih dahulu. Waktu mengerjakan soal hanya 150 menit dan waktu itu juga kami langsung dipersilahkan mengerjakan soal yang telah disediakan.
Detik demi detik aku lalui untuk mengerjakan 100 soal yang ada di hadapanku. Memang beberapa ada yang sedikit sulit tapi bersyukur ada juga yang menurutku mudah karena semua materi yang aku pelajari rata-rata ke luar di soal ini. Hening rasanya saat semua terdiam dan berkonsentrasi mengerjakan soal. Tapi ada juga sedikit kebisingan yang sayup-sayup terdengar di telingaku. Aku pikir dalam ajang seperti ini semuanya benar-benar asli hasil kerja diri sendiri. Tapi ternyata tepat di depan mataku, ada seorang Anak yang diam-diam menyembunyikan contekan di balik sebuah kertas putih yang tertulis rapi.
Ternyata dia adalah Sella yang tadi sempat berkenalan denganku. Ingin rasanya aku langsung memberitahu pengawas tentang kejadian yang aku lihat ini. Mungkin sungguh mengejutkan?Memang sengaja aku biarkan dalam beberapa saat. Aku pikir dia akan sadar dalam beberapa saat untuk tak melihat kertas yang berisi rumus-rumus itu. Tapi ternyata aku salah, dia malah semakin menjadi-jadi. Sehingga terpaksa aku mengangkat tanganku dengan rasa berat hati. Perlahan pengawas menghampiriku.
“Iya kamu, Ada apa?”
“Itu pak, saya melihat Ada yang membawa contekan yang ditulis di sebuah kertas.” aku berbisik kepada pengawas.
“Siapa?”
“Anak yang duduk tepat di depan saya.”
Mungkin berat untuk mengatakan hal seperti itu siapa pun dia. Namun bukan maksud apa-apa aku melakukan hal itu. Karena aku ingin mengutamakan kejujuran dalam situasi apa pun apalagi di saat seperti ini. Karena bagiku kejujuran itu adalah harga mati. Sejenak setelah beberapa menit aku mengatakan hal itu. Suasana pun agak sedikit berubah. Yang tadinya hanya biasa saja, sekarang menjadi tegang. Pengawas berkeliling sudut demi sudut sampai akhirnya pengawas menemukan sebuah kertas yang berisi rumus dalam genggaman gadis berambut panjang yang bernama Sella.
“Ini apa?” tanya pengawas dengan nada tinggi.
“Em.. Anu Pak.”
“Anu apa? contekan?” reaksi marah sambil mengambil lembar jawaban Sella.
“Loh Pak, jangan diambil! Saya belum selesai Pak, saya mohon.”
“Ini sudah menjadi peraturan yang telah disepakati bersama. Bila mana ada yang tertangkap basah membawa contekan seperti ini maka dengan terpaksa pengawas akan mengambil lembar jawaban anak tersebut dan anak tersebut dipersilahkan untuk ke luar. Kertas masih akan tetap dikoreksi namun harapan untuk menang mungkin tidak ada. Jadi Anda boleh meninggalkan ruangan.” Waktu yang hanya tersisa 35 menit itu ternyata menjadi suasana yang tak disangka-sangka oleh semua peserta. Semua tercengang keheranan dengan kejadian tadi. Detik demi detik berjalan dalam sekejap. Waktu pun selesai dan semua peserta termasuk aku langsung mengumpulkan lembar jawaban kepada pengawas. Sekejap aku langsung ke luar meninggalkan ruangan itu.
“Heyy Bintang.”
“Eh Alan, Gimana tadi? lancar kan?”
“Iya dong. Kamu sendiri gimana?”
“Lancar kok tapi tadi di kelasku ada sedikit masalah.”
“Alan. Bintang.. Gimana soalnya? Lancar kan?” tanya ibu Dewi yang tiba-tiba sudah ada di belakangku beberapa detik yang lalu.
“Lancar dong Bu.” jawab Alan.
“Kalau Bintang Gimana?”
“Lancar juga kok Bu.”
“Baguslah.. Emang pintar ini anak-anak Ibu. Sekarang kita tinggal doa aja dan pasrahin sama yang di atas. Bagaimana pun hasilnya itu adalah kerja keras kalian. Oh, ya buat pengumuman hasilnya mungkin akan diberitahukan untuk beberapa minggu ke depan jadi sebentar lagi kalian boleh pulang. Tapi kalau kalian mau nyari makanan dulu atau mau apa silahkan. Ibu tunggu di sini”
“Ok Ibu.” Sembari menunggu waktu untuk pulang. Aku pun berniat untuk mengajak Alan ke taman yang berada di depan gerbang masuk sekolah ini sekedar mencari udara segar. Tapi tak ku sangka, di sebuah kursi panjang itu ternyata tampak terlihat Sella sedang menangis yang sekejap dia menatapku dan langsung menghampiriku.
“Ehh Elo Bintang kan yang tadi satu ruangan sama Gue?”
“Iya saya Bintang.. Ada apa?” tanyaku lembut. “Ehh.. nggak usah belagak bego deh Lo! Elo kan tadi yang bilang ke pengawas kalau Gue bawa contekan? Bener-bener ya Lo…”
“Maaf bukan maksud apa-apa saya seperti itu. Tapi apa saya salah jika saya mengungkapkan kebenaran? lagian yang kamu lakuin tadi benar-benar melanggar aturan dan ketentuan yang ada.”
“Tapi ya nggak gitu juga caranya! Elo tahu gara-gara Elo, gue udah nggak ada harapan lagi buat dapetin juara di lomba kali ini.”
“Maaf.. Maaf Anda ini siapa ya? kok tiba-tiba marah-marah sama temen saya?” Sela Alan.
“Bilangin ya sama temen Lo ini kalau lain kali itu nggak usah ikut campur sama urusan orang lain Basi tahu nggak!”
Dalam sekejap Sella langsung pergi dari hadapanku. Dan Alan langsung menenangkanku sembari aku juga menjelaskan semua kejadian yang ada. Tak ku sangka jika Alan akan seperhatian ini untukku bahkan di saat yang seperti tadi dia juga ada di sampingku. Waktu terus berlalu sampai akhirnya kami pun harus kembali ke penginapan untuk membereskan semua barang-barang yang ada di penginapan dan setelah semuanya beres ini saatnya untuk kembali ke Lampung.
“Sekarang saatnya kita pulang.” Seru Ibu Dewi dengan semangat.
“Iya nih Bu aku udah nggak sabar banget pengen nyampe di Lampung.”
Itulah sedikit percakapan antara Alan dan Ibu Dewi yang sepertinya sudah semangat sekali untuk pulang. Sementara aku masih memikirkan masalahku dengan Sella. Tapi tak terasa ternyata sudah 2 hari perjalanan akhirnya sekarang aku sudah sampai di rumahku. Ibu Dewi dan Alan yang masih bersamaku ternyata nampak lelah dan akhirnya mereka memutuskan untuk langsung pulang. Sambutan hangat yang aku rasakan ketika aku memasuki pintu rumahku. Sungguh bahagianya aku karena dalam hariku aku masih bersama orang-orang yang menyayangiku.
Hari-hariku selanjutnya aku isi dengan kegiatan seperti biasa bersama orang-orang yang aku sayangi baik di rumah maupun di sekolah. Nampak jelas di kalender yang berada di kamarku menunjukkan bahwa hari ini adalah tanggal 27 mei. Itu artinya bahwa hari ini adalah hari pengumuman lomba OSN Kimia Tingkat Nasional tapi bukan hanya itu, hari ini juga merupakan hari yang istimewa untukku. Tapi kenapa ibuku tak mengucapkan sepatah kata pun untukku? Apakah dia lupa dengan hari ini? lalu kenapa ponselku juga dari tadi sama sekali tak ada pesan masuk seperti yang aku harapkan? apakah tak ada yang ingat dengan hari ini? ahh.. ya sudahlah.
Sedikit terlintas pemikiran yang membuatku kesal. Namun aku mencoba untuk meluluhkan semua kekesalan itu dengan menuangkan semuanya di sekolah. “Mungkin aku akan sedikit bisa melupakan kekesalanku ini jika di sekolah.” pikirku sekilas. Setelah aku memasuki ruangan kelas ternyata yang aku harapkan tak sesuai dengan yang aku pikirkan. Semua teman-temanku di kelas malah tambah membuatku kesal. Akhirnya aku pun memutuskan untuk ke ruangan Ibu Dewi untuk menanyakan hasil Tes kemarin seperti apa.
Tapi ternyata hari ini Ibu Dewi belum masuk. Kata Bapak Sidiq sih masih ke luar buat nyari keperluan buat nanti malam. Tapi aku juga tidak tahu untuk apakah itu? Sampai akhirnya aku pun ke luar meninggalkan ruangan Ibu Dewi dan kembali ke kelasku. Tak sengaja saat aku berjalan, aku bertemu dengan Alan. Sedikit senyumanku untuk menyapanya. Namun dia tak menghiraukan sapaanku itu.
Oh, Tuhan.. Ada apa hari ini? kenapa semuanya seakan sedang menjauhiku? Apakah ada yang salah denganku? Kekesalan yang seakan menjadi-jadi sampai akhirnya bel pulang berbunyi. Sepertinya rumah adalah tujuan yang tepat untukku kali ini. Tanpa berpikir panjang, aku pun langsung kembali ke Rumah dan langsung menuju ke kamarku tercinta. Waktu pun masih menunjukkan pukul 19.00 WIB. Tapi tak sedikit pun langkahku meninggalkan kamarku itu. Sampai akhirnya Ibuku yang dengan sengaja dari beberapa menit tadi mengetuk-ngetuk pintu kamarku. ‘Mungkin supaya aku ke luar dari kamar.” pikirku. Dengan wajah kesal dan terpaksa aku pun langsung membuka pintu kamarku itu.
“Ada Apa sih Bu?” Belum sempat melihat sekeliling.
Deaarr.. suara terompet yang sangat berisik di telingaku.
“Happy Birthday Bintang!!!” Teriak teman-temanku, Ibuku dan juga ibu Dewi yang dari tadi ternyata sudah mempersiapkan semuanya dan sengaja untuk mengerjaiku. “Maaf sayang tadi Ibu pengen buat kejutan buat kamu. Selamat ulang tahun ya buat anak ibu yang paling cantik ini semoga di umur Bintang yang ke-17. Bintang bisa jadi yang lebih baik dan juga tetep jadi anak kebanggaan Ibu.”
“Ibu Dewi juga minta maaf kalau tadi pas Bintang nyariin Ibu, Ibu nggak ada. Jadinya selamat ulang tahun aja buat murid kesayangan Ibu ini. Semoga Bintang tambah pinter kimianya.”
“Iya Ibu. Bintang sayang sama Ibu dan Ibu juga Dewi, makasih semua buat kejutannya.. Bintang seneng banget? Oh Iya Alan mana?”
“Happy birthday Bintang!!” teriak Alan tiba-tiba sambil membawa kue ulang tahun dan menyanyikan sebuah lagu ulang tahun untukku. Dan lilin pun mulai aku tiup dengan doa yang aku haturkan kepada Tuhan di umurku yang ke-17 ini dan dilanjutkan dengan memotong kue. Suapan manis kue pertama kali ini aku berikan kepada ibuku. Dan yang kedua untuk Ibu Dewi. dan untuk suapan berikutnya aku berikan untuk Alan.
Suasana ramai dan penuh ceria saat malam itu. Semuanya seakan tertawa dengan bahagia dan seakan tak ada masalah yang tersimpan. Semuanya sibuk sendiri-sendiri. Ada yang menyiapkan ini itu, ada yang sedang ini itu. Sementara aku dan Alan hanya berdua memanggang ayam untuk makan bersama. “Bin aku mau tanya sama kamu? gimana sih perasaan kamu kalau kamu ada di samping aku? bosenkah, senengkah? atau apa?”
“Kok nanyanya gitu sih Lan? ya pastinya senenglah…”
“Terus kamu ada nggak sih, perasaan yang kamu sembunyiin dari aku?”
“Perasaan? perasaan Apa?”
“Ya perasaan kamu ke aku? jujur ya selama ini tuh sebenernya aku udah lama punya perasaan lebih ke kamu dari pertama kita kenal. Aku itu udah suka sama kamu tapi aku belum berani aja ngomong itu semua ke kamu dan sekarang ini aku baru berani ngomong itu semua ke kamu. Terus kalau kamu gimana?”
“hm gimana ya? kalau jujur sih sebenernya aku juga iya.”
“Iya? jadi kamu juga punya perasaan lebih ke aku? Terus kalau gitu kamu mau nggak?”
“Mau apa lan?”
“Mau jadi lebih dari sekedar temen buat aku?”
“hmm.. gimana ya? Tapi kayaknya aku nggak perlu deh jawab pertanyaan kamu. Soalnya aku yakin kalau kamu pasti udah tahu jawabannya?”
“Eh kalian.. Ngomongin apa sih kok kayaknya serius amat? lihat tuh yang lain pada kumpul di sana.. kalian nggak ikutan?” Tanya Tata yang tiba-tiba menghampiriku dan Alan. Dan seketika itu aku dan Alan langsung bergabung dengan teman-teman yang lain sekedar untuk merayakan pesta ulang tahunku.
“Eh Alan Bintang sini-sini! Ibu ada kejutan buat kalian.” Seru Ibu Dewi.
“Iya Ibu ada apa? Kok kayaknya seneng banget dilihat dari wajah ibu?”
“Ya jelaslah Ibu seneng, soalnya Ibu punya kejutan yang nanti bakalan bikin kalian bener-bener gembira. Bukan cuma buat kalian aja tapi juga buat sekolah, provinsi, dan keluarga kalian. Ya udah langsung aja deh Ibu jelasin. Jadi gini tadi Ibu udah dapat informasi dari Dinas kalau Sekolah kita berhasil mendapatkan juara di lomba OSN kemarin jadi kita berhak maju mewakili Indonesia ke tingkat Internasional. Emm siapa ya pemenangnya? Alan atau Bintang?”
“Bintang, Alan Bu dua-duanya.” seru teman-temanku semangat.
“Oke jadi ternyata yang mendapatkan kesempatan untuk maju ke babak selanjutnya adalah… Bintang daan Alan.. untuk yang mendapat nilai tertinggi pertama se-Indonesia adalah Bintang dan untuk yang mendapatkan nilai tertinggi ketiga adalah Alan.. Selamat ya buat anak-anak kesayangan Ibu.”
“Ya ampun Bu ini beneran? aku nggak mimpi kan? Alan kita nggak mimpi kan?”
“Iya Bin ini beneran kok kita nggak mimpi. Selamat ya cantik buat prestasinya.. Aku jadi makin kagum sama kamu.”
“Iya Bintang sayang, ini beneran selamat ya buat kerja keras kamu selama ini ternyata membuahkan hasil yang kamu inginkan.” jawab ibuku. “Selamat ya buat kalian berdua Alan dan juga Bintang. Nggak nyangka loh kalau kalian bakalan sekompak ini. Cocok banget deh, jadi temen aja cocok apa lagi kalau lebih dari sekedar itu.” ujar teman-temanku. “Iya semuanya makasih dan buat Alan selamat juga buat prestasinya. Aku juga kagum sama kamu.” jawabku.
Tak banyak kata yang bisa aku ucapkan untuknya. Untuk lelaki yang aku kagumi di masa putih abuku kali ini yang ternyata di malam 17 tahunku, dia menjadi orang yang spesial untukku. Spesial dalam arti lebih dari sekedar teman bagiku setelah lama aku mengaguminya. Terima kasih Alan telah menjadi bagian teristimewa untukku dan juga selalu mewarnai hari-hariku. Benar-benar terasa seperti anugerah yang tak pernah aku bayangkan.
Di malam ini bersama lilinku yang ke-17 tahun seakan bisa menutupi kesedihanku dalam kehampaan selama 14 tahun silam dan semua kisah di malam ini yang tertuang di lilin 17 tahunku seakan mampu menghapuskan semua kesedihanku itu. Terima kasih Tuhan.. untuk anugerah yang engkau berikan kepadaku di lilinku yang ke-17 tahun ini bersama orang-orang yang sangat aku sayangi dan terima kasih juga atas izinmu untuk tetap memberikanku kesempatan dalam menggapai mimpiku. Terima kasih lilin 17 tahunku yang masih menerangiku dalam setiap langkahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar